Perusahaan intelligence bisnis bernama L2, telah menganalisa 89 merek yang menggunakan Instagram Stories dan Snapchat sebagai kanal marketing media sosial. Dari penelitan tersebut, ditemukan sebuah fakta menarik dimana terdapat 1,347 posting Instagram Stories dan hanya 614 posting Snapchat Stories.
Melalui laporan yang diberitakan oleh The Next Web, Snapchat Stories kebanyakan digunakan oleh produk kecantikan, tepatnya 72% dari total posting. Merek retail menyusul di angka 13%, sedangkan untuk travel, otomotif, elektronik, aparael olahraga, serta merek lainnya tercatat hanya 15% secara keseluruhan.

Lain cerita di Instagram Stories, merek kecantikan berada di angka 38%, membayangi setelahnya di angka 26% diisi oleh produk retail. Produk-produk mewah serta porduk konsumer memasukkan konten melalui Instagram Stories sebanyak 21% dari keseluruhan. Sedangkan 15% sisanya adalah konten dari merek-merek lainnya.
Mengingat ada 200 Juta orang yang menonton Instagram Stories setiap harinya, dibandingkan Snapchat yang hanya diakses oleh 160 Juta pengguna, tidaklah aneh jika merek-merek terkenal memutuskan untuk menggunakan Instagram Stories sebagai kanal pemasaran. Melalui Instagram Stories, perusahaan memiliki kesempatan yang lebih untuk merangkul konsumen baru terutama dari Generasi Z.
Selain itu, yang membuat Instagram Stories menjadi luar biasa adalah fitur swipe keatas untuk langsung mengakses link dari perusahaan atau merek yang beriklan. Bahkan, fitur ini bisa dimaksimalkan untuk berbagai hal seperti menempatkan link yang mengarahkan ke halaman tertentu, tombol pelajari lebih lanjut, atau masuk ke microsite untuk campaign tertentu. Dengan demikian, para penggunanya bisa dengan mudah melihat informasi lebih lanjut bahkan langsung diarahkan untuk melakukan pembelian produk tertentu.
0 Comments