Image Credit: https://seekingalpha.com/
Merasa bahwa regulasi di China semakin sulit, Alibaba dan Tencent memutuskan untuk mengamankan posisi mereka dalam pasar bisnis fintech Asia Tenggara.
Setelah mengucurkan dana hingga $ 1 Milyar ke Lazada di tahun 2016, Alibaba diberitakan masih akan memperluas kekuasaannya di Asia Tenggara. Pada November 2016, Ant Financial; platform pembayaran Alibaba, telah berinvestasi di Ascend Money, Thailand. Selanjutnya pada Februari 2017, Ant membeli saham Mynt; platform pembayaran dan peminjaman dana digital yang beroperasi di Philipine milik Globe Telecom. Tidak hanya sampai disitu, berselang dua bulan, perusahaan Jack Ma ini melanjutkan langkahnya dan menjalin kerja sama dengan Emtek Group di Indonesia sebagai penyedia pembayaran dan pemilik Blackberry Messenger Service. Bahkan menurut informasi yang dirangkum oleh Inc., Alibaba saat ini sedang menggabungkan dompet elektroniknya, Alipay dengan Lazada. Target terakhir mereka untuk menguasai pasar setelah ini adalah Malaysia.
Sementara itu, pesaing Alibaba, Tencent yang juga pemilik WeChat dan Weixin Pay terus bergerak perlahan tapi pasti, baik di dalam China maupun di luar. Tencent saat ini bahkan mulai berhasil menggerus dominasi Alipay sebagai penyedia layanan pembayaran elektronik dengan pengguna terbesar di China.
Pada bulan Desember 2016, Tencent membeli situs Thailand bernama Sanook Online, dan mengganti namanya menjadi Tencent Thailand. Tencent juga memiliki saham besar di Garena; perusahaan asal Singapore yang juga terkenal sebagai penyedia game online. Dengan dukungan yang luar biasa besar dari Tencent, Garena dikabarkan akan meluncurkan Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini dan dirumorkan akan menjadi IPO digital terbesar di Asia Tenggara.
Pertanyaan selanjutnya, mengapa para raksasa digital ini pelan-pelan bergerak ke Asia Tenggara? Pertama, mereka sudah cukup menguji kemampuan ahli fintech mereka dengan pasar China. "Para raksasa China ini sangat percaya diri dengan platform teknologi milik mereka yang juga telah diuji dan berhasil di pasar China, hal ini membuat kami yakin bahwa dengan sedikit modifikasi, platform tersebut bisa digunakan untuk menopang kebutuhan bisnis manapun," begitu menurut Adrian Seto, selaku direktur inovasi Accenture untuk Asia Pacific. " Industri fintech Asia Tenggara memiliki semua resepnya untuk bisa menjadi penggerak yang berkembang," begitu tutupnya.
Walaupun Alibaba dan Tencent memiliki semua yang dibutuhkan, tetapi tetap akan masalah yang menghadang yaitu 'Kepercayaan'. Hingga saat ini, sebesar apapun kedua perusahaan tersebut, mereka masih belum sekuat perusahaan lain yang memang berasal dari Asia Tenggara. Inilah yang menjadi alasan Alibaba dan Tencent menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan yang ada di Asia Tenggara.
0 Comments