Semenjak beberapa tahun terakhir ini layanan food startup semakin menjamur di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Layanan ini terus menjadi idola bagi masyarakat, karena masyarakat bisa menikmati makanan dan minuman tanpa harus bersusah payah mengeluarkan energi lebih untuk mendatangi lokasi, menunggu, menikmati, dan kembali ke tempat asal. Hanya dengan satu klik, makanan yang diinginkan segera sampai di depan Anda.
Menghadapi era industri 4.0, salah satu yang perlu dipersiapkan oleh para pelaku usaha adalah dengan meningkatkan pengetahuan manajemen usaha melalui teknik dan metode yang mutakhir untuk meningkatkan penetrasi pasar agar bisa mendapatkan lebih banyak pelanggan sehingga mempunyai daya saing yang tinggi. Transformasi digital di era pandemi seperti sekarang ini adalah sebuah kewajiban. Teknologi, selain bisa memudahkan juga dirasa bisa mengangkat daya saing sebuah bisnis. DapurGo adalah salah satu yang membuktikannya.
Bermula sebagai bisnis katering “konvensional” pada tahun 2018, DapurGo mulai menerapkan teknologi digital untuk pemesanannya. Selain itu Dapurgo memilih untuk membangun dapur sendiri agar memiliki kuasa penuh terhadap makanan yang disajikan. Menurut CEO Dapurgo Pirli Wahyu, ketika memutuskan untuk bekerja sama dengan katering lain, resikonya adalah akan ada banyak kompromi harga yang tentu nantinya berujung pada penurunan kualitas makanan.
“Kami sadar saat ini sudah banyak kompetitor sehingga peta persaingan di Industri ini cukup ketat. Namun yang membedakan kami dengan yang lainnya adalah affordability dan quality. Karena kami mencoba memberikan makanan terbaik dengna harga yang tetap ekonomis kepada kalangan mahasiswa dan karyawan kantoran. Kami juga berupaya memberikan customer experience yang baik, dengan memilih membangun dapur dan memiliki kuasa penuh terhadap kualitas makanan yang disajikan,” terang Pirli.
Digitalisasi untuk mudahkan pengguna
Implementasi teknologi paling terlihat dari sisi kehadiran situs website mereka. Di sana dipaparkan informasi seputar menu, customer service, hingga informasi mengenai promo-promo menarik yang sedang berlaku sehingga pelanggan akan dengan mudah melakukan pemesanan untuk kebutuhan makan mereka.
Dapurgo sendiri memilih menggunakan pengantaran pribadi untuk lebih melakukan efisiensi. Sehingga makanan yang di antar bisa tepat waktu (untuk makan siang dan makan malam) dan kualitas makanan yang diantarkan tetap terjaga. Sebelumnya, di Yogyakarta untuk pasar katering online atau layanan pesan antar juga ada makandiantar.com. Waktu itu (medio 2014-2015) karena pasar dianggap masih sepi, mereka memutuskan untuk “boyongan” ke Jakarta dengan nama Kulina, dan hingga sekarang masih eksis sebagai salah satu layanan katering online. Selain itu sempat ada nama-nama seperti owl-kitchen (layanan sudah tidak bisa diakses) dan PesanSaja (berubah menjadi layanan COD untuk oleh-oleh).
Pasar makanan dulu dan sekarang tentu berbeda. Untuk saat ini, setidaknya Dapurgo harus ikut berbagi “kue” dan bersaing dengan bisnis layanan pesan antar yang telah terlebih dahulu ada seperti GoFood dan GrabFood. Budaya yang telah ditumbuhkan oleh ke duanya tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu faktor pemicu. Masyarakat kalangan milenial sekarang jadi lebih percaya dan beberapa nyaman dengan membeli makanan via online. Belum lagi integrasi dengan berbagai macam pilihan metode pembayaran tentu menjadi salah keunggulan tersendiri dalam bertransaksi.
0 Comments