Kenapa Line Menguasai Generasi Kami?

41% pengguna Line di Indonesia adalah remaja berumur 18–22 tahun dan 21% adalah usia dewasa, sekitar umur 23–32 tahun.


0

“Sebenernya aku bener bener ngerasa seneng selama sebulan ini, kamu ngasih warna baru buat hari hari aku. Baru pertama kali aku ngerasa sebahagia ini bisa deket sama cewek. Cowok yang bakal dapetin kamu adalah cowo yang terberuntung se-alam jagat. Apakah aku bisa mencoba peruntunganku untuk mendapatkan hatimu Ca?”

“Ngg.. Ngaa ah, kita temenan aja”

Mungkin tulisan ini tidak akan relevan bagi semua pembaca, tetapi bagi kalian yang brojol sekitar tahun 1998 seperti saya pasti pernah mencoba untuk mengungkapkan perasaan kepada individu lewat Line atau aplikasi pesan instan lainnya bukan? Kalo belum sih buruan gih mumpung belum nikah.

Masa SMA adalah masa-masa yang tidak akan terlupakan, First Love, First Kiss, First… Ya intinya pertama kali mencoba sesuatu-lah. Masa dimana kita ingin menguasai jaringan sosial di sekolah, ingin eksis dan dipandang paling mantap agar dilirik oleh lawan jenis di sekolah atau tempat bimbel. Hal itu pasti membutuhkan media dan perantara untuk bersosialisasi dan beraktualisasi diri. Disitu Line ada untuk kita. Relatable?

Jika ingin bicara dengan data, 41% pengguna Line di Indonesia adalah remaja berumur 18–22 tahun dan 21% adalah usia dewasa, sekitar umur 23–32 tahun. Terlihat sekali jika aplikasi pesan instan dari Jepang ini mendominasi generasi milenial kebawah.

Sebelumnya di zaman SMP, saya sendiri merasakan Blackberry Messenger menguasai jaringan sosial saya. Blackberry Gemini bagaikan Iphone 6 di era sekarang. Saya merasakan transisi dari era BBM menuju era instant messaging, khususnya Line.

[zombify_post]


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Alfan Atharik