Alibaba dikenal luas sebagai salah satu perusahaan e-Commerce ternama di Tiongkok. Meski berbasis internet atau online, Alibaba juga membuka toko offline yang diberi nama HEMA. IDTalent bersama rombongan berkunjung ke HEMA yang lokasinya tepat disebelah komplek Alibaba Campus di lantai dasar Ali Mall dengan dipandu oleh Mr Andreas sebagai wakil GET Network.

Disana kami menikmati cerita dari Mr Andreas bule ganteng yang sudah tinggal 10 tahun di Shanghai. Melalui toko ini, Alibaba menggabungkan pengalaman berbelanja online dan offline. Tidak seperti supermarket yang besar pada umumnya. Jika di Indonesia, HEMA dirancang mirip-mirip seperti Alfa Midi. Walaupun luasnya tidak terlalu besar tapi produk yang ditawarkan sangat lengkap. Rak-raknya sangat rendah sehingga mudah dijangkau oleh konsumen. Menurut Andreas, HEMA ditujukan sebagai “showcase” karena hanya 20% dari revenue HEMA di offline dan fokusnya tetap online.
Disana nampak seperti pasar basah, ada kolam-kolam ikan dan seafood lainnya yang ditawarkan dengan harga satuan maupun ditimbang. Selain itu, disana juga ada kios yang bersedia mengolah hasil belanjaan konsumen dan bisa makan ditempat atau dibungkus. Menurut Cici, orang muda di China lebih suka fresh food sehingga HEMA menawarkan konsep ini untuk mengakomodasi para pekerja setelah pulang kerja bisa langsung makan malam dan istirahat.
Suasana toko HEMA ini terasa hangat karena desain rak yang pendek dan pastinya selalu ada promosi-promosi tematik setiap hari. Dibagian pojok selalu diisi makanan serta minuman gratis untuk konsumen bisa mencicipi dengan penyajian yang sederhana dan self service. Untuk order via online bisa melalui aplikasi HEMA dan dijamin sampai rumah hanya dalam waktu satu jam. Banyak konsumen yang pesan saat dijalan pulang dan sampai apartment pesanannya sudah datang sehingga bisa langsung diolah. Memang penghasilan utama HEMA 80% dari onlinemarket.

Bagi konsumen yang berkunjung ke gerai HEMA cukup memanfaatkan smartphone untuk memindai barcode produk dan bisa melihat beragam informasi dibaliknya. Proses pembayaran di toko ini juga memanfaatkan layanan Alipay, platform pembayaran online besutan Alibaba. Bagi pengunjung baru seperti IDTalent yang Alipay nya belum ter-update masih bisa membayar cash tetapi sebelumnya diusahakan terlebih dahulu menggunakan scan. Pembayaran cash disana sangat dibatasi dan kasirnya pun hanya dua orang. Literasi pemakaian aplikasi digital sudah sangat kuat tersebar, kebetulan ID Talent bertemu dengan seorang nenek yang berbelanja cabai dan lobak dengan lincahnya menggunakan smartphone untuk pembayaran.
Toko ini juga berfungsi ganda sebagai pusat distribusi bagi konsumen online. Jadi, konsumen yang melakukan pesanan online akan dilayani oleh para karyawan untuk menyiapkan orderannya. Setelah mengumpulkan barang yang dibeli konsumen, para karyawan akan menempatkannya di sabuk konveyor yang letaknya tergantung diatas kemudian dimasukkan ke bagian pengiriman. Alibaba menyebut konsumen dalam radius 3 meter akan menerima belanjaan tersebut dalam waktu 30 menit. Menarik sekali, toko sekaligus menjadi “gudang dan pusat distribusi”.

Kendati demikian, karyawan manusia tetap tersedia untuk melayani sejumlah pesanan khusus. Karyawan-karyawan disini tidak bersaing dengan robot atau teknologi, malah mereka lebih produktif karena ada insentif jika bisa lebih cepat dan lebih banyak menyiapkan pesanan online. Konsep online dan offline sangat diterapkan.

ID Talent sempat bertanya apakah ada supermarket besar yang menggunakan sistem seperti HEMA. Jawaban menariknya adalah sudah ada beberapa malah ada satu supermarket besar yang dibeli Alibaba untuk menerapkan sistem offline-online. Akan tetapi yang utama adalah tantangan merubah mindset SDM nya dari menjalankan proses bisnis yang berubah, cara melayani, berinteraksi dengan konsumen, dan menerima order konsumen.
Semoga cerita tentang HEMA menjalankan bisnis Online-Offline menjadi inspirasi untuk para yooreaders yang sudah membuat bisnis UMKM ya, sukses dan semangat selalu.
0 Comments