Muda adalah masa dimana proses mencari jati diri dan mulai merangkai karir untuk menggapai sebuah kesuksesan. Di fase ini pemuda dituntut agar keluar dari zona nyaman yang diberikan orangtua, yang awalnya semua kebutuhan hidup dan pendidikan ditanggung, perlahan mulai terkikis dan mulai muncul tekanan-tekanan dari orangtua agar secepatnya mencari penghasilan sendiri. Banyak diantaranya kebingungan bagaimana caranya untuk memulai karir yang sesuai dengan passion. Kemudian, bagaimana caranya agar bisa bersaing dengan sesama kompetitor pencari kerja. Belum lagi dihadapkan dengan tekanan orangtua yang mengharapkan agar anaknya bisa bekerja di perusahaan ternama. Sehingga banyak diantaranya yang tumbang dan mengubur mimpinya karena tidak kuat dengan berbagai masalah yang dihadapi.
Lulusan baru atau yang sering disebut dengan fresh graduate di saat ini memang tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Banyaknya lulusan baru jebolan perguruan tinggi tiap tahunnya yang sangat tidak sebanding dengan penyerapan tenaga kerja baru, mengakibatkan terjadinya pengangguran. Menurut data Kementerian Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) per tahun 2016, setiap tahun rata-rata lulusan baru pendidikan tinggi mencapai 750 ribu yang berasal dari 3.221 universitas dan 1.020 perguruan tinggi agama di seluruh Indonesia.
Jika dibandingkan secara langsung tanpa melalui perhitungan statistik, jumlah lulusan baru perguruan tinggi dibanding tingkat penyerapan tenaga kerja di negeri ini sungguh tak sebanding dan menyedihkan. Meskipun data Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa, tingkat pengangguran per Februari 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Data tersebut belum tentu bisa menjadi jaminan bagi masa depan lulusan muda.
Disamping itu, standarisasi perekrutan pekerja semakin rumit dan cenderung lama. Karena pada dasarnya, perusahaan tidak mau rugi, sehingga harus selektif dalam merekrut pekerja baru. Apalagi bagi yang ingin memenuhi keinginan orangtua, mencoba keberuntungan melamar di perusahaan ternama. Standarisasi agar masuk keperusahaan ternama, minimal harus menguasai satu bahasa asing dan harus mencapai targetan skor yang diharapkan, dibuktikan dengan sertifikat Toefl atau sejenisnya. Kemudian sertifikasi keprofesian, selain ijazah yang dibawa dari perguruan tinggi, harus sudah ikut dan lulus pelatihan keprofesian yang diselenggarakan baik perguruan tinggi maupun lembaga penyedia yang terverifikasi. Dan ditambah lagi, harus sudah memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun.
Persyaratan kerja harus memiliki pengalaman minimal satu tahun adalah suatu kendala besar bagi fresh graduate. Kalau kita berkaca pada kurikulum di perguruan tinggi, tidak banyak yang menerapkan sistem magang. Diketahui bersama bahwa magang menjadi salah satu solusi agar anak didik yang telah menyelesaikan studi bisa tahu dengan dunia kerja keprofesian dan tentu untuk memenuhi standarisasi perekrutan berbagai perusahaan.
Kemudian mencoba melirik perusahaan kecil menengah yang tidak terlalu mempermasalahkan prosedur perekrutan pekerja baru, agar tidak membebankan orangtua. Banyak perusahaan kecil menengah yang memberikan ruang bagi fresh graduate untuk memulai karir. Akan tetapi harus siap dengan kewajiban dan hak yang tidak sepadan. Sederhananya adalah kita berhasil membuat tiga kue, akan tetapi yang bisa dikonsumsi cuma setu buah kue. Alhasil karena kebutuhan konsumsi masih kurang, warung menjadi tempat sasaran untuk mengutang, atau tidak kembali kerumah untuk menikmati kue buatan Ibu.
Tinggal dipilih, mau mulai dari mana. Tetap konsisten menunggu perekrutan perusahaan ternama dan mempersiapkan semua persyaratannya? Atau bergabung dengan perusahaan kecil menengah dengan kondisi keuangan yang pas-pasan? Keputusan ada ditangan kita, dan secepatnya harus putuskan. Atau berani memulai hal baru tanpa ada prosedur perekrutan?
Siapa yang tidak kenal dengan Tokopedia, BukaLapak, Go-Jek, Traveloka, dan lain sebagainya? Perusahaan-perusahaan tersebut adalah rintisan pemuda yang memanfaatkan momentum Revolusi Digital sebagai penopang bisnis dan passion. Melihat perkembangan teknologi digital dan marketplace di Indonesia yang pada 2013 menyentuh angka 1,85 miliar pengguna aktif media sosial dan kemudian meningkat menjadi 2,8 miliar pada 2016 merupakan suatu peluang yang menggiurkan bagi para insan creator.
Euromonitor yang merupakan organisasi market research dalam media online DBS ASIAN Insight menjelaskan bahwa Indonesia telah menjadi pasar terbesar e-commerce di Asia Tenggara. Pada 2014, penjualan online Indonesia mencapai US$ 1,1 miliar, lebih tinggi dari Thailand dan Singapura. Artinya, pasar e-commerce Indonesia berpeluang untuk tumbuh semakin besar. Apalagi dengan jumlah penduduk dan tingkat produk domestik bruto (PDB) terbesar di ASEAN, diperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) penjualan online Indonesia selama 2014-2017 sebesar 38 persen.
Ditambah lagi pernyataan dari Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo yang dikutip dari media online Detik Finance, “selama setahun terakhir, para pengguna internet telah membelanjakan uang sekitar US$ 5,6 miliar (sekitar Rp 75 triliun) di berbagai e-commerce. Dengan kata lain, setiap pengguna e-commerce di Indonesia rata-rata membelanjakan Rp 3 juta per tahun. Dan apabila hambatan-hambatan dalam pemanfaatan teknologi digital tersebut dapat diatasi, maka diperkirakan digitalisasi ekonomi mampu memberikan nilai tambah sebesar US$ 150 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2025 (sekitar 10% terhadap PDB), yang diberingi dengan peningkatan penyerapan tenaga mencapai hampir 4 juta orang.
Dari hasil penelitian dan penjelasan tersebut masa depan pelaku bisnis e-commerce di Indonesia terjamin dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan. Tidak hanya bagi pelaku bisnis saja, pemuda-pemuda kreatif yang memiliki passion di luar bisnis, seperti halnya pegiat sosial, lingkungan, konsultan, photografer, videografer, desainer, writer, pengajar, dan passion lainnya juga bisa memanfaatkan momentum revolusi digital ini. KitaBisa.com telah berhasil menjadi situs crowdfunding ternama di Indonesia. Tim2one yang memanfaatkan youtube sebagi wadah untuk menuangkan karya dan passion. Tidak hanya sekedar wadah untuk berkarya, berbagi pesan, campaign, berbagi hal positif, tapi dibalik itu dapat penghargaan dari pihak luar, baik berupa pujian, reward, dan bahkan banyak yang menerima pundi-pundi uang.
Jadi, tunggu apa lagi. Masih ingin kerja di perusahaan ternama? Masih ingin bekerja keras dengan gaji pas-pasan? Atau memberanikan diri untuk berkarya? Dari pada bingung dan tidak nyaman, lebih baik siapkan karya atau projekmu dari sekarang. Selamat berkarya.
0 Comments